Ulasan Anime “Go-toubun no Hanayome” Season 1 & 2



Hai, untuk pertama kali dalam blog ini aku akan mengulas tentang anime, dimana ini merupakan hal baru yang aku lakukan di blog ini. Efek pandemi membuat kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan membutuhkan banyak hiburan untuk menghindari kebosanan di rumah. Kebetulan hiburan yang aku lakukan adalah banyak menonton film dan anime, lalu menemukan anime menarik bertema romantic harem yaitu Go-toubun no Hanayome. Karena tertarik, aku menonton hingga dua season sekaligus, yah walaupun terlambat, setidaknya lebih baik memulai daripada tidak sama sekali kan? Hehe.

Sebelum masuk ke ulasannya, aku ingin membagikan sedikit deskripsi dari kedua season anime ini, dimana season pertama dan season kedua digarap oleh dua studio dan dua sutradara yang berbeda lho!

Sebelum melakukan ulasan, mohon maaf kalau ada yang kurang setuju dengan pendapat aku, karena semua ini aku tulis berdasarkan pendapat pribadi, sehingga sekali lagi kalian boleh setuju atau tidak dengan pendapatku.

Total Episode     : 24 Episode (12 Season 1+ 12 Season 2)
Tayang               : 10 Januari 2019 (Season 1)
                             8 Januari 2021 (Season 2)
Studio                 : Tezuka Productions (Season 1)
                             Bibury Animation Studios (Season 2)
Genre                 : Romantic, Harem, Comedy, Shounen
Rating                : R (13+)
Sutradara           : Satoshi Kuwabara (Season 1)
                             Kaori (Season 2)


Sinopsis

Berkisah tentang seorang anak laki-laki jenius bernama Uesugi Futarou. Karena keluarganya memiliki hutang yang menumpuk, Futarou menerima tawaran untuk menjadi guru les privat bagi anak keluarga kaya. Tidak disangka ternyata yang menjadi muridnya adalah teman sekelasnya, dan yang lebih mengejutkan lagi bahwa muridnya bukan hanya satu, melainkan lima gadis kembar identik yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, yaitu Nakano Ichika, Nakano Nino, Nakano Miku, Nakano Yotsuba, dan Nakano Itsuki. Mereka berlima selalu mencoba menghindar saat akan diajari. Futarou harus mengatur strategi agar bisa meluluskan mereka, atau dia tidak akan menerima bayaran.

Perjuangan Futarou untuk bisa mengajari si gadis kembar lima dimulai. Semakin lama, perjuangan Futarou bukan hanya sekedar bagaimana agar mereka bisa lulus dalam setiap ujian, tapi juga mulai melebar ke masalah perasaan dan cinta yang dimiliki setiap kembar lima kepada Futarou. Bagaimana kelanjutan kisahnya, silahkan tonton sendiri animenya untuk menjawab rasa penasaran kalian.

 

Konsep Anime

Dengan genre romantic harem, menurut aku konsep dari anime adaptasi manga ini sangat menarik, karena menceritakan lima gadis kembar yang mencintai satu orang yang sama. Dari sekedar konflik sederhana tentang sulitnya mengajari Nakano bersaudara, mulai menjadi lebih kompleks ketika masing-masing Nakano bersaudara mulai melibatkan perasaan dan cinta dalam menghadapi Futarou, dan mereka pun harus bersaing untuk mendapatkan perasaan Futarou.

 

Grafis

Perbedaan grafis dari season 1 dan season 2 sangat terasa berbeda, karena kedua season ini digarap oleh dua studio yang berbeda.

Pada season 1 yang digarap oleh Tezuka Productions, penggambaran karakter heroine kita terlihat sedikit terlalu “dewasa” untuk anak SMA, karena ada beberapa bagian yang terlihat terlalu berisi, dan menurutku kurang proporsional. Akan tetapi penggambaran Futarou sebagai lelaki SMA terlihat luar biasa. Pada bagian grafis yang lain menurutku tidak terlalu masalah, hanya saja menurut aku Tezuka Productions lebih suka bermain dengan warna-warna sedikit gelap untuk menggambarkan kedewasaan para karakter.

Pada season 2 yang digarap oleh Bibury Animation, penggambaran heroine kita terlihat lebih “normal” sehingga terlihat lebih imut. Banyak detail kecil yang diperhatikan dengan baik, dan yang paling aku suka secara pribadi adalah bagaimana bentuk bola mata Nakano bersaudara, lebih indah, menjadi ciri khas dan perbedaan signifikan, sesuatu yang tidak terlalu diperhatikan oleh Tezuka Productions. Permainan warna yang digunakan juga lebih meriah dan ceria.

Secara pribadi, aku lebih suka penggambaran dan grafis di season 2, karena menampilkan lebih banyak detail kecil dan karakter-karakter dibuat lebih “normal” serta imut, khas anak SMA.

 

Musik dan Backsound

Menurutku, untuk masalah musik, baik OST, backsound, dan efek yang diberikan, lebih membekas dan lebih terngiang-ngiang yang ada di season 1. Dari OST, walaupun para seiyuu dari kelima heroine menyanyikan opening untuk tiap season, akan tetapi OST season 1 yang lebih khas dan menjadi ciri khas. Pada backsound musik serta efek dalam animenya juga lebih baik pada season 1 ketimbang season 2 nya.

 

Storyline

Untuk storyline, pada season 1 memang belum terlalu banyak menunjukkan adegan-adegan romance, fokus cerita hanya pada bagaimana perjuangan Futarou mengajari kembar lima agar mau belajar dan lulus ujian. Pada 3 episode terakhir baru ditunjukkan benih-benih rasa pada beberapa heroine, lebih tepatnya pada saat Wisata Sekolah.

Sedangkan season 2, cerita mulai menjadi lebih kompleks, mulai dari rasa penasaran Futarou tentang siapa gadis yang ditemuinya 5 tahun lalu, para karakter yang mulai mengungkapkan perasaan masing-masing, baik secara tersirat maupun tersurat, persaingan lima kembar bersaudara, dan kemunculan karakter baru yang menjadi rintangan bagi Futarou dan Nakano bersaudara dalam belajar.

Secara umum memang tidak ada yang terlalu istimewa dari storyline, tapi eksekusi yang baik dari kedua studio di setiap season menjadikan anime ini lebih “greget” ketika ditonton menurutku pribadi.


Pengembangan Karakter

Setiap karakter pada season 1 memiliki berbagai tantangan yang berbeda dan akan membantu Futarou dalam memahami karakter setiap heroine. Akan tetapi menurutku, karakter yang terlihat menonjol pada season 1 adalah Itsuki, Miku, dan Ichika, tanpa bermaksud menyingkirkan Nino dan Yotsuba. Itsuki, gadis pertama yang bertemu dengan Futarou, bagaimana konfliknya dengan Futarou namun masih mau memahami dan mendengarkan Futarou. Miku yang pada awalnya terlihat menghindari Futarou menjadi tertarik belajar dengannya dan ingin mengetahui Futarou lebih dalam. Ichika, sosok kakak dan menjadi support bagi Futarou akan tetapi lama-kelamaan juga memiliki rasa tertarik pada Futarou. Pada heroine yang lain, yaitu Yotsuba menurut aku hanya sekedar menjadi orang yang paling mendukung dan orang pertama yang mau untuk mengikuti les privat bersama. Sedangkan Nino, digambarkan sebagai karakter yang sangat tidak menyukai kehadiran Futarou, karena dianggap mengganggu dan merusak hubungan bersaudara mereka.

Sedangkan pada season 2, karakter yang mendapatkan character development lebih justru sebaliknya, dimana yang terlihat menonjol adalah Yotsuba dan Nino, dan ketiga saudara yang lain memiliki pengembangan karakter yang tidak terlalu dominan. Nino yang pada awalnya benci dengan kehadiran Futarou, justru menjadi orang yang pertama kali mengungkapkan perasaan pada Futarou. Dan Yotsuba, memiliki peran lebih dalam mendukung kebahagiaan orang di sekitarnya, dan ingin melihat Futarou tersenyum. Sedangkan saudaranya yang lain, Itsuki, tidak lebih hanya mendukung Futarou dalam menghadapi perjuangannya dengan saudara yang lain. Miku, yang terlihat sedikit lebih pasif, bahkan merasa inferior ketika saudaranya mulai melakukan pergerakan mendekati Futarou, bahkan harus dibantu oleh saudaranya yang lain agar bisa berbicara dan menikmati momen berdua dengan Futarou. Ichika, menjadi karakter yang egois dan berusaha memiliki Futarou untuk dia seorang, apapun caranya, menjadikan dia menjadi karakter yang menurut aku kurang disukai.

 

Menurutku, anime ini cukup menarik untuk ditonton, terlepas dari kedua seasonnya digarap oleh studio yang berbeda, sehingga perbedaan yg dimunculkan juga cukup signifikan. Konsep dasar animenya menarik, jalan ceritanya walaupun klise juga dieksekusi dengan baik sehingga menimbulkan rasa penasaran. Menarik untuk mengetahui bagaimana akhir dari anime ini, mengingat Negi Haruba sudah memberikan bocoran bahwa ending dari manga ini akan diadaptasi menjadi Movie. Yah sedikit kecewa sih, karena tidak diadaptasi menjadi season 3 hehe. Akan tetapi cukup penasaran juga apakah endingnya akan mengikuti manga, atau ada kejutan lain yang dimunculkan, mengingat di manga sudah dipastikan siapa yang menang dari kelima Nakano bersaudara.

Yak, cukup segitu dulu pembahasan anime ini. Sekali lagi ini hanya berdasar pendapat pribadi, sehingga kalian boleh setuju atau tidak dengan pendapat aku. Terima kasih, sampai bertemu lagi di review lainnya!!


Yang Seharusnya Nyata

Delusiku sering mengatakan banyak hal yang membuat diri sendiri ragu. Aku merasa banyak hal yang bukan diriku sendiri terlepas keluar dan meraba setiap sudut untuk mengambil alih diri. Berbagai perasaan mulai berkecamuk, membuat kepala tak bisa berpikir jernih.

 

Bahkan dalam delusiku, saat aku membayangkan sesuatu yang indah, semuanya terasa menyakitkan, karena aku tahu semua itu tak nyata. Aku sadar aku terlalu dibutakan oleh delusi yang tak nyata ini. Saat aku kembali sadar, aku merasa hampa dan sedikit tak bisa menerima pahitnya kenyataan yang ada.

 

Delusi itu menyakitkan. Takkan bisa menghilang sekalipun kucoba untuk tidak menghiraukannya. Takkan bisa padam meskipun kucoba menguburnya. Akan selalu ada meski kucoba untuk berpaling darinya. Namun, ada satu yang indah dari sekian banyak delusiku yang menyakitkan. Yaitu kamu.

 

Bila delusiku itu kamu, biarkan aku tetap berada di dalamnya, memelukmu, menyayangimu, dan terus menjagamu selamanya, meskipun kamu hanya bagian tak nyata dari diriku. Biarkan aku merasakannya, walaupun aku harus tersiksa, asalkan kamu jadi bagian di dalamnya.


Antara Pilihan dan Keberuntungan

22 tahun 7 bulan.

Usia dimana pada masa ini kebanyakan manusia sudah mulai memasuki masa-masa persimpangan. Banyak pilihan membingungkan yang harus diseleksi dan diambil. Pada usia ini pilihan-pilihan yang kita ambil akan menentukan jalan hidup kita selanjutnya (walaupun di setiap tahap kehidupan pasti kita akan selalu dihadapkan pada pilihan).

Sebuah kebingungan yang sedang aku rasakan saat ini (atau bisa dibilang penyesalan (?)). Begitu dihadapkan pada tantangan saat ini, banyak hal yang tiba-tiba aku sesali di masa lalu dan mungkin banyak yang terlambat diperbaiki. “Kenapa dulu tidak begini, kenapa dulu tidak begitu, harusnya aku lebih begini, harusnya aku berani begini”. Tapi toh, tidak ada gunanya disesali, hidup memaksa kita bergerak maju, bukan diminta mundur untuk mengulang yang telah lalu.

Aku menyadari, tanpa bantuan banyak orang dan semua “keajaiban” serta keberuntungan yang datang padaku hingga saat ini, aku tidak yakin bisa sampai pada titik ini. Aku sendiri sebenarnya tidak yakin dengan semua usaha dan keberhasilan yang aku capai sampai saat ini. Aku hanya menganggap semua hal baik yang terjadi padaku karena keberuntungan yang aku dapat dan berkah Tuhan yang masih mau membantu hamba-Nya yang penuh dosa ini. Aku bersyukur untuk semua itu.

Semakin dewasa, semakin menyadari bahwa hal-hal kecil pun patut disyukuri. Merasa puas bahkan terhadap keberhasilan melewati hari ini dan bisa melihat hari esok adalah anugrah yang luar biasa. Walaupun aku sendiri sebenarnya sangat berharap hidupku sedikit mudah seperti orang-orang yang ada di sekitarku. Tapi ketika melihat beberapa yang lain, aku jadi sadar bahwa hidupku tidak terlalu buruk. Toh, almarhum Gusdur pernah berkata “jangan pernah menjadikan nasib atau takdir orang lain menjadi bahan bersyukur kita”. Ada benarnya juga, karena dengan mensyukuri yang kita miliki, rasa iri terhadap orang lain juga akan berkurang dengan sendirinya (walaupun aku sendiri belum mampu menghilangkan sifat satu ini, dan mungkin tidak akan bisa).

Dari tulisan ini, aku juga ingin melihat seberapa jauh keberuntungan dan berkah Tuhan mampu membawaku. Berapa banyak lagi pilihan yang harus aku ambil dan aku putuskan ke depannya. Bukan berarti aku pesimis, hanya saja target yang sering aku buat terkadang sedikit berbelok dan diubah dengan cara yang tidak terduga. Aku berharap tidak banyak menyesali pilihan-pilihan yang aku ambil selanjutnya ke depan. Karena hidup bukan hanya tentang pilihan, bukan?

Rasa Berbagi

Banyak keinginan dan harapan yang ingin aku lakukan

Berbagai hal yang ingin aku rasakan selama aku ada

Ratusan hal yang membuatku sangat penasaran dan ingin mencoba

Menancapkan jejak langkahku dimanapun aku bisa

 

Aku mencoba merasakan berbagai hal yang membuatku penasaran

Dan mencoba berbagi hal-hal yang telah aku coba

Membagikan rasa yang sama, kepada mereka yang kurasa ada bersama

Menetap tak peduli apapun situasinya

 

Mencari mereka yang mau berbagi itu tak mudah

Duduk bersama dan mendengarkan cerita-cerita kita

Merasakan emosi yang kita alami

Mengajari dan memberi arti pada jejak-jejak yang aku tinggalkan

 

Beruntunglah kalian yang telah menemukan mereka yang mau berbagi

Bersyukurlah bila orang itu adalah yang selama ini kalian cari

Nikmatilah semua rasa itu bersama, hingga tak berdaya

Hingga jejak kalian tersisa sedikit saja, namun berarti berharga untuk semua